Total Tayangan Halaman

Selasa, 17 Desember 2013

HIDUP UNTUK PENDIDIKAN (REFLEKSI DUA TAHUN BERSAMA SMP SEKAR)




Tak terasa, saya sudah dua tahun mengabdi di Sekar-Bojonegoro. Setelah Sembilan tahun lamanya saya melakukan perjalanan untuk menuntut ilmu, akhirnya saya kembali pulang untuk mengamalkan ilmu saya. Perjalanan ini dimulai sejak tahun 2002 sampai dengan tahun 2011. Perjalanan ini saya abadikan dalam sejarah hidupku sebagaimana telah ku tuliskan dalam sebuah puisi:
SUMBERAGUNG
sumberagung...............
di pondok ini aku awali perjalanan jauh.
dalam gerak langkah yang amat lambat,
ku genggang erat tongkat sabdo dawoh & amalan.
pemberian dari simbah romo yai.
agar aku tak berhenti dalam meniti jalan kehidupan.

sesampai ditengah sawah ladang membentang,
ku ayunkan cangkul dan sabit tuk menanam benih-benih ilmu,
sehingga aku memetik buah amal,
diwaktu musim panen tiba

sumberagung.........
pondok yang membukakan aku ladang kesadaran dan pemikiran.
hingga aku yakin untuk selalu memegang cangkul dan sabit
saat aku membuka sawah ladang di surabaya

sby, 21 okt '09
puisi diatas mengisahkan perjalanan hidupku dari Desa Tulung-Madiun menuju Surabaya. Perjalanan ini banyak kisah suka maupun duka. Saya berkeyakinan bahwa semuanya itu ada hikmahnya, fi kulli syai’in hikmah.
Pada bulan oktober 2011 merupakan awal dimulainya pengabdian saya di Sekar, tempat kelahiran saya. Pada bulan tersebut saya menjadi pendidik di SMP PGRI Sekar, sekolah terpencil jauh dari kota Bojonegoro. Selanjutnya pada bulan Januari 2012 saya masuk di SMPN 1 Sekar.  Meskipun saya baru dua tahun disini, sekolah ini tak asing bagi saya karena saya pernah belajar disini dan merupakan salah satu alumni SMPN 1 Sekar. Dulu sekolah ini bernama SLTPN 2 Ngambon dan berubah nama menjadi SMPN 1 Sekar seiring dengan perubahan Sekar sebagai kecamatan.
Menjadi berfaedah bagi segenap bangsa dan Negara Indonesia merupakan hal yang ingin kucapai di gelanggang pendidikan. Saya ingin kehadiran saya di panggung pendidikan memberikan manfaat berharga bagi segenap bangsa dan Negara. Jika itu tercapai, maka saya merasa tergapai pula esensi tanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa yang saya pikul.   
Selama dua tahun saya menjadi pendidik di SMP PGRI Sekar maupun di SMPN 1 Sekar, saya banyak belajar disini. Ilmu yang saya peroleh dari bangku kuliah dapat saya implementasikan langsung, ternyata itu akan menjadikan keilmuan seseorang menjadi matang. Saya sangat bersyukur bisa belajar kembali di SMPN 1 Sekar, dan  al-Qamdulillah saya dipertemukan kembali dengan guru-guru saya waktu di SMP dulu diantaranya Bapak/Ibu: Drs. Ansori, , Drs. Ahmad Juliono,Rr. Ernya M., S.Pd., Drs. Sujarwo, Dra. Endah S.R., Drs. A.S. Ponco M., Drs. Sutarji, Sunardi, S.Pd.,  Winandjar, S.Pd., dan Dra. Juharsi. Dan saat ini saya punya guru baru lagi di SMPN 1 Sekar  yaitu Bapak Abdul Wahab, S.Pd. yang saat ini sedang melanjutkan studi S2 di Unesa.
Sebagai seorang pendidik, haruslah memahami bahwa “hidup untuk pendidikan” bukan “hidup dari pendidikan”. Hidup dari pendidikan adalah sebuah cara pandang yang menempatkan pendidikan sebagai alat atau cara untuk dapat meraih tujuan-tujuan diluar esensi dari makna pendidikan itu sendiri. Sedangkan hidup untuk pendidikan adalah sebuah cara pandang yang melihat pendidikan sebagai wadah atau media untuk “memberikan sesuatu”, bukan “mengambil sesuatu” darinya. Pendidikan adalah salah satu mekanisme untuk memberikan manfaat bagi bangsa, bukan mengambil manfaat untuk dirinya. Inilah substansi pendidikan yang sesungguhnya. Keberhasilan dalam berkependidikan atau menjadi pendidik adalah ketika mencapai taraf kebermanfaatan untuk bangsa.
Selama saya mengabdi di SMP Sekar tentunya masih ada yang perlu diperbaiki kinerja saya. Saya menyadari bahwa saya banyak sekali kekurangan-kekurangan. Untuk itu saya harus lebih meningkatkan lagi prestasi kerja saya. Belajar, Usaha dan Doa merupakan kunci kesuksesan. Semoga apa yang saya kerjakan selama ini dapat terus meningkat. Semoga sukses selalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar